Kemrungsung diambil dari frasa bahasa jawa yang artinya kondisi kejiwaan yang terdiri dari banyak rasa jadi satu yang dialami oleh seseorang. Bisa dibilang rasa kemrungsung ibarat permen nano nano, manis asam asin jadi satu rasanya. Dalam bahasa Inggris bisa disamakan dengan mixed feelings. Rasa kemrungsung itu yang saya rasakan kemarin. Rasa kemrungsung tiba-tiba hadir pada diri ini tanpa memberi kabar. Dimulai dari pagi sejak berada di sekolah. Ada kabar dari teknisi saya bahwa terjadi masalah pada saat sinkron data dengan pusat data, padahal waktu sinkron hanya dibatasi sampai dengan jam 9 pagi. Saya coba menenangkan diri untuk tidak panik.Sebenarnya tugas sinkron data bukan tugas saya. Namun, karena instruksi dari Bapak Kepala, semua yang terkait dengan sinkron data diserahkan semuanya kepada saya. Saya menginstruksikan kepada teknisi untuk terus mencoba. Setelah waktu pengawasan selesai, saya pun menemui teknisi langsung tentang hasil sinkron. Waladalah, apa yang saya pikirkan terjadi juga. Sampai batas waktu sinkron data, yakni pukul 9 pagi, ternyata terjadi kesalahan saat menghubungi server. Saya pergi menyendiri agar tidak terbawa suasana panas. Saya hubungi pusat data dan alhamdulillah bisa diperpanjang waktu sinkronnya. Si teknisi mencoba kembali dan alhamdulillah berhasil. Semua data dapat disinkronkan sebelum digunakan esok hari.
Saya pun punya kewajiban mengajari tim saya guna menjalankan aplikasi khusus. Bukan karena saya lebih jago, namun karena keesokan harinya saya ada acara keluarga. So, mereka nantinya yang akan menggantikan tugas saya. Waktu terus berjalan, detik demi detik, hingga tak terasa sudah menunjukkan pukul 3 sore. Itu artinya saya harus memberikan perkuliahan kepada mahasiswa. Kemrungsung kembali datang, dimana komdisi belum makan, belum sholat, belum persiapan campur jadi satu. Aargh, saya biarkan diri ini tenang sejenak, kemudian makan. Tak lupa sujud kepada Sang Kholik dan meminta kekuatan agar dapat menyelesaikan tugas dan amanah yang diberikan.
Perkuliahan berlangsung singkat. Sampainya dirumah menunjukkan pukul 5 sore, dan ada acara keluarga keesokkan harinya dimana acara berlangsung pukul 7 pagi. Diri ini mencoba mempersiapkan bekal dan mental untuk berangkat ba’da maghrib. Namun, tubuh mungil ini tak bisa diajak “ngoyo”. Akhirnya diputuskan bahwa berangkat pukul 3 pagi esok dengan istirahat maksimal jam 9 malam. Tak lupa makan malam bersama keluarga, minum susu dan membaca do’a sebelum tidur. Intinya, ketika mengalami rasa kemrungsung, jangan langsung bertindak gegabah, biarkan diri tenang, tarik napas dalam2 (jangan sedalam lautan), konsentrasi, minta petunjuk kepada Sang Kholik dan pastikan keputusan yang diambil tidak membuat diri bekerja ekstra ngoyo tanpa peduli dengan anggota tubuh Anda.